Sabtu, 21 November 2009

PROSEDUR IN VITRO

A. Bahan Untuk Pengukuran Konsentrasi Asam Lemak Terbang dan NH3 Rumen (in vitro)
Bahan yang digunakan untuk pengukuran konsentrasi asam lemak terbang dan NH3 rumen (in vitro) :
1. Cairan rumen sapi yang telah disaring dan disimpan dalam termos dengan suhu 390-400 C. Cairan rumen sapi yang digunakan sebagai media percobaan pada proses in vitro diperoleh dari tempat pemotongan hewan (TPH) Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
2. Larutan saliva buatan digunakan sebagai suatu medium buffer yang menyerupai kondisi dalam rumen ternak ruminansia dengan suhu 39-40 derajat celcius, pH 6,5-6,8. Pembuatan larutan saliva buatan mengacu pada petunjuk McDoughall yang dikutip oleh Tilley dan Terry (1963).
3. Gas karbondioksida digunakan untuk membuat sesuatu dalam rumen tiruan (tabung in vitro/tabung fermentor) menjadi anaerob dan menurunkan pH saliva buatan (larutan buffer) menjadi pH 6,8.

B. Alat yang Digunakan dalam Analisis In Vitro
1. Alat Untuk Mengambil Cairan Rumen
a. Kain muslin, digunakan untuk menyaring cairan rumen.
b. Termos yang berisi cairan hangat dengan kisaran suhu 39-40 derajat celcius, yang digunakan untuk membawa cairan rumen dari tempat pemotongan hewan ke laboratorium agar suhu cairan rumen tetap dan konstan sesuai dengan suhu tubuh ternak.
2. Seperangkat Rumen Tiruan Sebagai Media Inkubasi Fermentasi
a. Tabung fermentor (tabung in vitro) sebagai rumen tiruan dengan tutup karet berventil.
b. Water bath sebagai tempat merendam tabung in vitro pada suhu 39-40 derajat celcius.
3. Timbangan Santorius, digunakan untuk menimbang sampel bahan pakan hijauan
4. Alat untuk analisis asam lemak terbang, terdiri atas :
a. Pipet, digunakan untuk mengambil sampel yang akan dianalisis.
b. Tabung destilasi, digunakan sebagai tempat penyulingan uap dan sampel yang dianalisis.
c. Tabung Erlenmeyer, digunakan untuk menampung uap dan NaOH.
d. Stirer, digunakan sebagai pengaduk.
e. Alat titrasi, digunakan untuk mentitrasi larutan sampel.
5. Alat untuk analisis N-NH3 terdiri dari :
a. Pipet, digunakan untuk mengambil sampel yang akan dianalisis.
b. Cawan Conway, digunakan untuk mengukur konsentrasi NH3.
c. Alat titrasi, digunakan untuk mentitrasi larutan sampel.







C. In Vitro
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metoda in vitro dari Tilley dan Terry (1963), dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengambilan cairan rumen
Cairan rumen sapi yang digunakan sebagai media percobaan pada proses in vitro diperoleh dari Tempat Pemotongan Hewan (TPH) Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Cairan rumen disaring dengan kain muslin, lalu dimasukkan ke dalam termos kemudian ditutup rapat dan dibawa ke laboratorium.
2. Pembuatan saliva buatan
Larutan saliva buatan digunakan sebagai suatu medium buffer yang menyerupai kondisi dalam rumen ternak ruminansia bersama-sama cairan rumen. Larutan ini digunakan sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen secara in vitro. Pembuatan larutan saliva buatan mengacu pada petunjuk McDoughall yang dikutip oleh Tilley dan Terry (1963). Carian rumen dicampur dengan saliva buatan dengan perbandingan 1 : 4, yakni 10 ml cairan rumen dan 40 ml saliva buatan. Pencampuran dilakukan dengan mengaduk menggunakan magnetic stirer. Selama pencampuran dilakukan, CO2 dialirkan secara terus-menerus.

D. Tahapan pelaksanaan in vitro adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan semua alat yang akan diperlukan dalam proes in vitro.
2. Menimbang substrat sesuai dengan jumlah yang akan digunakan.
3. Memasukkan bahan substrat ke dalam tabung fermentasi sebanyak ± 1 gram.
4. Memasukkan campuran cairan rumen dengan saliva buatan ke dalam tabung yang telah berisi bahan substrat dengan perbandingan 1 : 4, yakni 10 ml cairan rumen dan 40 ml saliva buatan.
5. Menyemprotkan CO2 ke dalam tabung untuk mempertahankan kondisi tabung tetap dalam keadaan anaerob.
6. Menutup tabung fermentasi dengan penutup karet.
7. Menyimpan tabung fermentasi ke dalam rak yang telah disediakan.
8. Menyesuaikan temperature water bath dengan temperature lingkungan rumen yang berkisar 39-40 derajat celcius.
9. Proses fermentasi in vitro berlangsung selama 3,5 jam, dimana setiap 30 menit dilakukan pengocokan pada tabung in vitro tersebut. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dilakukan pengukuran derajat keasaman (pH). Setelah diukur pH, tabung fermentor ditetesi HgCl2 sebanyak tiga tetes untuk menghentikan aktivitas mikroba.
10. Cairan dalam tabung fermentor setelah itu di sentrifugasi dalam tabung sentrifuge selama 20 menit dengan kecepatan 5000 rpm untuk memisahkan supernatan dengan residu. Supernatan diambil dan disimpan untuk digunakan dalam analisis asam lemak terbang dan NH3.

DAPUS
McDonald, P., R. A. Edwards and J. E. D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. 5th Edition. McGrawhill Book Co. Inc., New York. 123; 142-175; 451-464; 475; 484.
Tilley, J. M. A. and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for the Invitro Digestion of Forage Crops. J.B. Grassl, sc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar